Martha Sherpa’s Cooking School - Hong Kong
- Kategori Induk: Rubrikasi
- Diperbarui pada Senin, 06 Juli 2015 11:15
- Diterbitkan pada Sabtu, 11 Januari 2014 18:23
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 136800
- 11 Jan
Top 10 Cooking Schools in Hong Kong
Meski menempati lokasi yang terbatas, namun tidak membuat Martha Sherpa’s Cooking School-Hong Kong minim prestasi. Dengan penataan yang tepat,
peralatan sederhana mampu membuat www.cookery.com.hk dinobatkan menjadi salah satu dari kursus masak/baking favorit dari beberapa media terkemuka di Hong Kong.
Ng Yok Wing nampak asyik menghias sponge cake yang ada di depannya dengan buttercream kopi. Hanya dalam hitungan menit, sebuah cake cantik tersaji di depannya. “Ternyata memasak itu menyenangkan,” ungkap siswi Law Ching High School Hong Kong. Tak hanya dia, beberapa kawannya juga merasakan hal serupa. Memasak, termasuk membuat aneka kue dan bakery bisa menjadi hobi yang menyenangkan sekaligus melepaskan diri dari stres. Tak heran Martha Sherpa’s Cooking School, salah satu sekolah kuliner yang ada di B, 1/F, Lee Kwan Building, 40-46 Argyle Street, Mong Kok, Kowloon, Hong Kong termasuk salah satu yang jadi pilihan.
Martha Sherpa, pemilik sekaligus managing director sekolah masak yang sudah berdiri selama 7 tahun terakhir, mengungkapkan peluang bisnis kuliner tak hanya eksis sebagai penjual makanan. Membuka sekolah masak juga bisa dijadikan peluang untuk bisnis sekaligus melepaskan rileks bagi para siswanya. Itulah sebabnya Martha mengaku peluang untuk eksis di bisnis makanan, khususnya sekolah masak bisa menjadi daya jual tersendiri. “Itulah sebabnya saya mencoba melebarkan sayap untuk peserta. Tidak hanya untuk orang tua, namun untuk remaja dan anak-anak. Tujuannya agar mereka bisa mengali kemampuan, menyalurkan hobi, sekaligus pelepas stress,” papar Martha tentang visi sekolahnya.
Siapa Saja Boleh Kursus
Menempati lokasi di kawasan bisnis, Mong Kok, tempat kursus yang tak hanya mengajar memasak namun juga mengolah aneka dessert ini selintas memang agak sempit. Namun berkat penataan yang apik, memberi kesan luas. Secara tegas Martha menekankan bahwa sebuah tempat kursus memasak harus fokus, “Barang-barang yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan cooking atau baking tidak akan menjadi dekorasi di sini. Siapa saja boleh mengikuti kelas di sini, dari para profesional hingga untuk penikmat makan. Namun yang perlu diingat, semua kelas adalah hands on, jangan berharap hanya duduk santai lantas menikmati masakannya saja. Anda harus mau ikut memilih bahan, mengolah bumbu atau membuat adonan, hingga menghidangkannya.” Martha juga mendorong para siswanya untuk jangan memikirkan peralatan profesional saja, “Pergunakan peralatan yang ada di dapur Anda, yang penting adalah mengerti teknik-teknik dari cooking dan baking selain mempraktekkannya.”
Didukung oleh 5 tenaga pengajar, rata-rata sebuah modul memakan waktu selama 2 jam. Martha dan timnya telah melakukan promosi ke berbagai sekolah maupun komunitas-komunitas yang ada di Hong Kong dan tertarik untuk memasak. Melalui email dan sms diakui sebagai langkah jitu agar program sekolah tetap terdengar oleh publik.
Top 10 Cooking Schools in Hong Kong
Martha Sherpa’s Cooking School terkenal dengan kursus memasak a la Kanton, Dim Sum, hingga masakan Thailand. Namun kelas pastry tradisional dan dessert khas Hong Kong juga disukai oleh peserta kursus. Pengajaran yang banyak mempergunakan metode praktek beserta tips-tips pengolahan produk yang tepat, menjadikan Martha Sherpa’s Cooking School menjadi salah satu dari Top 10 Cooking Schools in Hong Kong versi beberapa media di kawasan Hong Kong. Menariknya, Martha’s Sherpa Cooking School mempergunakan bahasa pengantar Bahasa Inggris, sehingga tak sedikit peserta ekspatriat atau turis yang sengaja belajar memasak dalam kunjungan wisata ke Hong Kong. Tak heran, sekolah ini setiap harinya dipadati tak kurang dari 50 siswa.
Selain itu, beberapa kru tv tidak hanya Hong Kong, tapi juga Jepang, Korea, India dan Taiwan kerap mengirimkan jurnalisnya untuk meliput sekaligus belajar memasak di sana. Begitu melangkah salah satu ruangan, nampak beberapa ruangan yang disekat. Ada yang tengah asyik menghias bakery seperti halnya Ng Yok dan beberapa temannya. Di ruangan sebelahnya nampak beberapa orang tua yang sedang asyik membuat pastry bersama buah hatinya. Sedangkan di ruang lainnya nampak beberapa kompor dan wajan dimana beberapa peserta tengah membuat aneka chinese food. Uniknya lagi, meski beberapa siswa nampak memasak bersama, aroma makanan dan bakery yang sejatinya bertolak belakang ternyata tidak saling bercampur.
Suasana kelas dalam ruangan sekitar20 meter x 15 meter memang termasuk kecil untuk dibuat sebuah kursus. Namun bukan berarti Martha tidak percaya diri bertarung dengan sekolah masak yang lebih dahulu populer, maupun lebih besar. Salah satunya dengan mengundang para jurnalis televisi dari luar Hong Kong untuk belajar memasak di sana. “Kami mencoba memperkenalkan masakan Kanton, termasuk aneka kue dan pastry kepada mereka yang sebelumnya tidak pernah memasak. Syukurlah sampai hari ini kami bisa menjangkau siswa baru yang selalu bertambah,” papar Martha. Tak heran, dalam beberapa minggu ke dapan, Martha mengaku sudah memiliki jadwal penuh untuk menerima wartawan kuliner dari berbagai negara. Melalui milis maupun sms yang dikirim ke berbagai media di Hong Kong maupun luar kawasan tersebut, diakui sebagai langkah promosi jitu menambah pelanggan setia. Hal ini tentu dianggap promosi yang lebih hemat dibandingkan promosi konvensional dengan beriklan di media cetak maupun elektronik. Martha Sherpa’s Cooking School juga membuat kursus masakan dengan harga terjangkau, yaitu
HK$ 100 (sekitar Rp 150.000) untuk 2 resep masakan maupun pastry. Lewat program yang diberi nama Free and Easy to cook, Martha Sherpa membidik kalangan awam yang ingin belajar memasak, baik para pelajar maupun ekspatriat.
Tegas, Tanpa Musik
Konsep unik dari sekolah ini adalah sekolah ini menerapkan prinsip cook and work. Artinya sebagai pemilik, Martha terhitung tegas, yaitu tidak mengijinkan setiap muridnya untuk dudukduduk santai. Termasuk mendengarkan musik ketika belajar. Bahkan, ketika Pastry&Bakery berkunjung ke tempat ini beberapa waktu lalu tidak ada alunan musik sebagai sarana rileks di tengah aktivitas memasak. Justru yang ada hanya hiruk-pikuk suasana dapur sebagai tempat memasak. Kadang, selama wawancara, Martha kerap mondar-mandir memberi instruksi kepada siswa atau asistennya. “Saya ingin agar ilmu yang mereka dapatkan bisa menjadi maksimal, kalau mereka santai, tentu akan rugi mereka membayar saya di sini,” ungkapnya dengan mimik serius.
Martha yang dulunya pernah berkarir di beberapa hotel di Hong Kong dan Jepang, antara lain Sheraton Hong Kong dan Sheraton Imperial Tokyo mengaku, bahwa untuk mempelajari seni masak , untuk langkah awal tidak bisa dilakukan dengan santai. Martha yang masih betah melajang di usia 45 tahun juga masih ingat, bagaimana mengawali
karirnya dulu tidak pernah diberi tempat duduk oleh atasannya sekedar untuk beristirahat. “Bahkan saya juga dibentak-bentak agar bisa menyelesaikan masakan dengan baik. Dulu saya sempat berpikir akan mengakhiri dunia kuliner, tapi saya terlanjur jatuh cinta dengan kuliner,” begitu kenangnya tentang langkah awal di dunia kuliner pada awal 1990-an. Namun perempuan penggemar kue nanas ala Hong Kong meyakini, langkah awal yang dibuat dengan disiplin menjadi dasar yang kuat untuk sukses. Tak heran meski terbilang disiplin yang tinggi, sekolahnya tidak pernah sepi peminat. Dari trik inilah, Martha berharap meski sekolahnya tidak besar, namun bisa menghasilkan alumni-alumni besar dan memiliki disiplin yang baik serta menghasilkan karya yang bisa dibanggakan saat berada di dapur profesional maupun dapur rumah tangga.