Patisserie Francois Menjaga Kualitas Pastry Dengan Resep Kuno
- Kategori Induk: Rubrikasi
- Diperbarui pada Senin, 06 Juli 2015 11:15
- Diterbitkan pada Senin, 19 Juli 2010 17:00
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 10154
- 19 Jul

Patisserie Francois hadir sejak 1973, adalah Ine Lasmana yang mempunyai keturunan darah Perancis dan sempat belajar khusus mengenai kue-kue Perancis di Cannes, merintis Patisserie Francois saat dia pulang ke Jakarta. Pada masa-masa itu kue-kue Perancis buatannya belum popular. Untuk menyiasati agar bisnis tetap berjalan, Ine belajar membuat kue-kue tradisional khas
Karena susah untuk melafalkan Patisserie Francois, mereka dikenal dengan kue Perancis Pembangunan karena letaknya di jalan Pembangunan Jakarta Pusat. Kala itu produksi mereka hanya berskala rumahan dan hanya untuk melayani pesanan saja.
Rebranding
Sepulang menimba ilmu di Art Institute of
Setelah mantap dengan konsep mengusung kue-kue petit fours sebagai andalannya, tahun lalu Pascal kembali membuka outlet di Plaza Indonesia dengan tempat yang lebih besar lengkap dengan sofa merah cozy yang ditata rapi di dekat eskalator
Pertahankan Resep Kuno
Ciri khas homemade dengan resep kuno masih dipertahankan dalam pembuatan kue-kue Patisserie Francoise bahkan untuk tetap menjaga kualitas kuenya semua dilakukan secara manual untuk melipat kue-kue pastrynya.“Kita masih menggunakan dough sheeter dan melipat sendiri kue-kue pastry, itulah mengapa terkadang ada pelanggan yang menanyakan mengapa kuenya tidak sama persis. Ini yang akan kita coba terus perbaiki,” jelasnya.
Kesan homemade dan handmade memang hingga kini tetap dipertahankan Pascal. Untuk menjaga kualitas produknya sang bunda masih terlibat dan mengontrol produksi kue-kue Patisserie Francois dibantu 70 karyawan yang sudah berpuluh-puluh tahun bekerja di
Meski terletak gerai Patisserie Francois di tengah mall untuk kelas menengah atas, harga yang dipatok untuk kue dan makanannya relatif terjangkau berkisar mulai Rp 3.000 untuk sepotong petit fours dan mulai dari Rp.30.000 per porsi untuk makanan utama.
Pria satu orang putra ini beranggapan ke depan bisnis pastry akan tetap cerah, memang butuh keberanian dan positioning yang harus berbeda dengan yang lain.
“Orang sekarang banyak yang bisa bikin kue, tapi jaman sekarang branding, pemasaran dan bagaimana cara menjualnya juga penting,” urainya.
Butuh Passion
Selain memenuhi produksi untuk di outlet-outlet, pria kelahiran Jakarta, 29 Januari 1976 ini juga menggarap pelanggan korporat salah satunya Bank Indonesia (BI). Bahkan untuk memberikan pelayan yang prima, setiap hari ia memproduksi 2000 potong berbagai jenis kue khusus untuk memenuhi kebutuhan di executive lounge di BI.
Saat ini Pascal tengah disibukkan mempersiapkan salah satu outlet barunya di
Kunci sukses dalam bisnis makanan menurut pandangan Pascal adalah passion. “Selain meneruskan bisnis keluarga, saya memang punya passion di bidang ini,” jelas pria yang sesekali mengikuti kursus membuat kue ini dengan mantap.
Pastry&Bakery/@Novi Amaliyah/Rika Eridani