fbpx

Sinyal Booming Roti Eropa?

Breadsociety, brand anyar dari jaringan bisnis BreadTalk Group. Diluncurkan pada bulan Juli lalu. Dengan outlet pertamanya berlokasi di salah satu pusat berbelanjaan mewah dan prestisius Ion Orchad, Singapura.
Namun, sebagai salah satu outlet yang menyediakan roti ala Eropa, Breadsociety tampil lain dari yang lain. Outlet ini mengusung serangkaian produk roti tradisional dari berbagai negara di Eropa.
Lebih jauh lagi, pengelola Breadsociety tampaknya membaca ‘tanda-tanda jaman.’ Agar produknya mendapat apresiasi lebih besar.
Belakangan ini, masyarakat dunia kian mementingkan aspek kesehatan berkaitan dengan produk makanan yang mereka konsumsi. Maka Breadtalk Group mengembangkan Breadsociety dengan konsep back to basic: kembali ke
produk-produk makanan tradisional—yang relatif lebih ramah untuk kesehatan konsumennya. “Kami menawarkan produk-produk pilihan untuk konsumen yang menghargai kualitas, dan lebih menyukai hal-hal sederhana namun merupakan sesuatu yang lebih baik untuk kehidupan,” tutur Clara Lee, Brand Manager Breadsociety.
Breadsociety juga menawarkan aneka jenis roti dengan pilihan-pilihan tepung yang bernilai gizi relatif tinggi. Termasuk tepung dark rye, wholewheat, bahkan wheatgrass.

Konsep swalayan
Demi menguatkan daya tariknya, Breadsociety mengembangkan konsep swalayan sebagai daya tarik lainnya. Bakery shop ini menyediakan nampan (tray) bagi setiap pembeli untuk mengambil sendiri produk roti yang mereka pilih. Langkah ini menawarkan kenyamanan bagi pelanggan dalam memilih produk yang tersaji di showcase.
Untuk roti dengan topping yang relatif ringkih, tidak cukup melekat kuat pada permukaan rotinya—misalnya topping untuk danish—Breadsociety menempatkannya pada showcase yang dijaga pramusaji. Untuk membantu pelanggan meletakkannya pada tray. Maksudnya, agar bentuk kue tidak
berubah atau rusak saat dipindahkan ke tray—akibat ketidakhatian-hatian pelanggan saat memindahkannya.

Produk baru
Untuk mengembangkan produk dengan citarasa dan tampilan yang memikat, Breadsociety merekrut pastry chef dari Jepang, Takaaki Nishikawa, sebagai konsultan pengembangan produk. Nishikawa dikenal piawai dalam mengaplikasikan resep roti tradisional Eropa, dan memberi sentuhan artistik yang mempesona pada produk itu.
Untuk memberi variasi pilihan bagi pelanggan, Breadsociety menghadirkan pula sekitar 15 produk orisinil yang dikembangkan Nishikawa. Termasuk roti berbentuk segiempat (seperti bentuk roti tawar pada umumnya) dengan empat pilihan citarasa: wortel, wijen hitam dengan madu, teh hijau Jepang, dan susu kismis. Ada juga black sesame society, roti dengan topping wijen hitam, yang membuat tampilannya seperti batu koral.
Menciptakan nilai
Popularitas Breadsociety dalam tempo relatif cepat mengindikasikan bahwa roti ala Eropa punya potensi menjadi poduk yang digandrungi di kota-kota besar di Asia, khususnya Asia Tenggara.
Namun, faktor penentu keberhasilan bisnis ini tampaknya tak semata potensi roti ala Eropa itu sendiri. Faktor lain yang jauh lebih penting: bagaimana mengembangkan strategi meraih perhatian khalayak. Termasuk dengan mengembangkan nilai (value creation) pada produknya. Dan pada akhirnya menciptakan kebutuhan (demand creation) di kalangan pelanggan terhadap produk tersebut.
Bagi penduduk Singapura pada umumnya, roti ala Eropa bukanlah sesuatu yang baru. Banyak bakery yang juga menyediakan roti khas Eropa di sana. Nah, dengan menambahkan nilai “resep tradisional dari negeri-negeri di Eropa”, plus nilai yang menyangkut aspek kesehatan melalui konsep back to basic, membuat produknya bernilai lebih di mata pelanggan. Dari sini, terbit kebutuhan di kalangan pelanggan untuk mengkonsumsi atau memilih produk “bernilai lebih” itu—dibanding produk dari outlet lain.